Friday, December 27, 2019

Jalan Tol Tengah Kota Surabaya

Tol Tengah Masuk Proyek Prioritas Gerbangkertosusila

Jalan Tol Tengah Waru (Aloha)-Wonokromo-Tanjung Perak, yang pernah menjadi proyek strategis nasional tapi tak kunjung terwujud sejak 2013 lalu, masuk proyek prioritas Peraturan Presiden (Perpres) 80/2019.

Dalam Perpres Percepatan Pembangunan di Jatim itu, estimasi investasi proyek Tol Tengah, yang jadi bagian pengembangan kawasan Gerbangkertosusila, itu senilai Rp6,491 triliun.

Sesuai yang termuat dalam Lampiran Perpres 80/2019, investasi pengerjaan proyek Tol Tengah ini akan dibiayai dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha.

Ketika proyek Tol Tengah ini menjadi proyek strategis nasional pada 2013 silam, pemerintah mengestimasikan investasi senilai Rp11 trilliun. Tapi proyek ini mandeg karena ditolak Pemkot Surabaya.

Pemkot Surabaya tidak memasukkan rencana pembangunan tol di tengah kota sepanjang 18,20 kilometer itu dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Pemkot beralasan, kebutuhan jalan bebas hambatan sudah cukup dengan rencana pembangunan jalan lingkar luar barat dan jalan lingkar luar timur. Padahal, sudah terbentuk badan usaha untuk Tol Tengah.

Menurut informasi yang dikumpulkan suarasurabaya.net, sudah ada badan usaha yang mana 55 persen sahamnya dimiliki PT Jasa Marga Tbk (BUMN), sisanya milik swasta.

Soal masuknya kembali proyek tol tengah di Perpres 80/2019, Pemprov Jatim belum membahas secara detail. Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan, Pemprov masih memetakan.

"Yang kami lakukan baru pemetaan," katanya, Kamis (26/12/2019). "Kami masih memilah dampak kewilayahan semua proyek di Perpres itu."

Alasannya, satu di antaranya, karena ada 218 program dan proyek prioritas dalam Perpres untuk kawasan Gerbangkertosusila, Bromo-Tengger-Semeru, serta Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.

"Kami ingin lihat konteks kewilayahannya. Seperti kata Bu Gubernur, kami membangun sistem kewilayahan. Bukan dilihat dari proyek per proyek. Tapi berkaitan pengembangan ekonomi," ujarnya.

Untuk wilayah Gerbangkertosusila, kata Emil, konsentrasi pembangunan tidak cuma Surabaya dan sekitarnya, tetapi wilayah pendukung pengembangan ekonomi seperti Bangkalan dan jalur Pantai Utara Lamongan.

Emil berharap koneksitas wilayah di Jatim lebih efektif. "Karena 50 persen wilayah ekonomi ada di Surabaya dan sekitarnya, maka kami pastikan daya saing di wilayah lain bisa meningkat," katanya.

Salah satu tujuan pembangunan Tol Tengah, sebagaimana disebutkan di dalam Perpres 80/2019 memang untuk menguatkan konektivitas dan aksesibilitas antarwilayah di Jawa Timur.

Pembangunan Tol Tengah dalam Perpres itu disandingkan dengan pengembangan infrastruktur lain seperti transportasi publik Gerbangkertosusila bertajuk Surabaya Regional Railway Line dan LRT Surabaya.

Selain itu, Tol Tengah juga disandingkan dengan pengembangan Bandara Internasional Juanda, pembangunan tol ruas Ngawi-Bojonegoro-Tuban-Lamongan-Manyar, ruas Gempol-Mojokerto, dan peningkatan Jalan Nasional Arteri Primer.

Tidak hanya Tol Tengah, termuat juga di proyek Surabaya Eastern Ring Road (SERR) di Perpres yang sama. Seperti Tol Tengah, SERR akan dibiayai dengan skema KPBU dengan estimasi investasi Rp6,7 triliun.

SERR adalah proyek jalan yang akan menghubungkan kabupaten/kota di Ring 1 industri Jatim, baik Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbangkertosusila).(den/tin/ipg)


Sumber :
https://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2019/230263-Tol-Tengah-Masuk-Proyek-Prioritas-Gerbangkertosusila

Monday, December 23, 2019

Taman Apsari Surabaya

Sejarah Taman Apsari Surabaya


Dalam catatan sejarah yang ada, salah satu residen yang pernah menempati GedungGrahadi (dulu disebut Tuinhuis) adalah Tuan J.C. Kroesen (1888-1896). Ia dikenal sebagai seorang pecinta lingkungan yang baik.

Ketika menempati tuinhuis sebagai kediaman resminya, Kroesen senantiasa memperhatikan lingkungan sekelilingnya. Tak luput dari perhatiannya adalah lahan kosong yang berada di depan kediamannya tersebut. Lahan kosong tersebut dulunya berupa ladang yang banyak ditumbuhi semak belukar.

Ladang yang ada di depan rumahnya itu, ia ubah menjadi taman yang molek dan asri. Di sekitar taman itu juga dibangun jalan melingkar. Di taman tersebut juga ada bangku-bangku dan lampu-lampu taman dari besi yang berukir. Puluhan jenis bunga bisa tumbuh di taman itu.

Orang-orang pun menamai taman bunga elok itu dengan sebutan Kroesenpark atau Taman Kroesen. Di taman itu juga terdapat patung Raja Kertanegara yang lazim disebut Patung Joko Dolog. Sekarang taman tersebut masih ada, hanya saja Kroesenpark itu kini menjadi Taman Apsari. Taman Apsari dimaknai sebuah taman yang disukai oleh para bidadari, karena kata apsari berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti bidadari.

Taman Apsari terletak di Jalan Gubernur Suryo, Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut tepat berada di depan Gedung Grahadi.

Taman yang merupakan salah satu taman peninggalan Belanda memang memiliki kekhasan tersendiri bila dibandingkan dengan taman yang ada di Surabaya. Taman tersebut terasa sejuk dan relatif tenang meski letaknya berada di tengah kota.

Taman yang memiliki area seluas 5.300 m² itu dilengkapi dengan berbagai jenis tanaman bunga maupun tanaman peneduh lainnya. Di sela tanaman bungan dan tanaman peneduh disediakan fasilitas yang nyaman untuk jalan-jalan maupun jogging track.

Sedangkan, di depannya terdapat bangku-bangku taman terbuat dari besi ukir yang diletakkan berjajar dari timur ke barat. Bila Anda duduk di situ, Anda bisa langsung memandangi kemegahan Gedung Grahadi dan hilir mudik kendaraan yang sedang melintas di jalan tersebut.

Di tengah taman, dibangun Monumen Gubernur Suryo. Monumen tersebut untuk mengenang perjuangan Gubernur Pertama Provinsi Jawa Timur (1946-1948) di era kemerdekaan.


Sumber :
https://situsbudaya.id/sejarah-taman-apsari-surabaya/

Arca Joko Dolog

Mengenal Arca Joko Dolog, Jejak Kerajaan Singosari di Surabaya


Jangan takut mati gaya saat sedang berkunjung ke Surabaya. Selain ada museum dan bangunan bersejarah warisan pemerintah kolonial Belanda, Surabaya juga punya koleksi benda-benda purbakala yang masih terjaga sampai sekarang. Di antaranya ada arca Joko Dolog, peninggalan Kerajaan Singosari yang bisa dijumpai di Jalan Taman Apsari, Surabaya.

Arca Joko Dolog ini dulunya hendak dibawa ke Belanda untuk diabadikan di koleksi Museum Leiden. Tapi karena kapal muatannya penuh, arca ini pun ditinggalkan begitu saja oleh pemerintah Belanda di sebuah bangunan yang kini adalah SMA Trimurti di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya.

Jalan Taman Apsari dan Jalan Gubernur Suryo memang berdekatan, jaraknya hanya sekitar 50 meter.
Arca Joko Dolog ini sebenarnya berasal dari Desa Kandang Gajah, Trowulan, Mojokerto. Pada tahun 1817 dengan tujuan akan dibawa ke negeri Belanda menggunakan kapal, arca ini pun dipindahkan ke Surabaya.

Kata Wewe Iswandi, salah satu anggota Komunitas Prabu Kertanegara, yang turut merawat Arca Joko Dolog, saat dikunjungi Basra, Senin (1/7), arca Joko Dolog merupakan perwujudan dari Prabu Kertanegara, Raja Singosari yang terakhir.

Arca Joko Dolog merupakan perwujudan dari Raja Kertanegara, Raja terakhir dari Kerajaan Singosari.

"Arca ini dibuat untuk menghormati Kertanegara, putra Wisnu Wardhana sebagai Raja Singosari pada masa itu. Prabu Kertanegara terkenal karena kebijaksanaannya dan pengetahuannya yang luas dalam bidang hukum," kata Wewe, Senin (1/7).

Pada bagian lapik atau dudukan Arca Joko Dolog terdapat prasasti berupa sajak, memakai huruf Jawa kuno, dan berbahasa Sansekerta.

Wewe mengatakan, hingga kini belum ada satu ahli sejarah pun yang dapat membaca tulisan pada dudukan arca Joko Dolog secara utuh. Kalaupun terbaca hanya sepenggal saja.

Di bagian lapik arca Joko Dolog terdapat aksara Jawa kuno yang belum terpecahkan hingga kini.Nama panggilan Joko Dolog sendiri menurut Wewe berasal dari budaya ludruk di Surabaya.

"Dulu dalam ludruk ada kisah Joko Dolog yang sangat fenomenal, dan arca ini saat ditemukan tak jauh dari pohon dolog. Jadilah arca ini dikenal dengan sebutan Joko Dolog," kisahnya.

Di komplek situs peninggalan sejarah ini selain arca utama Joko Dolog, terdapat pula arca-arca yang lebih kecil di sepanjang jalan masuk. Serta sebuah tempayan air sebagai tempat air suci yang terletak di bagian sebelah kiri gapura.

"Kalau artefak yang di sekitar Arca Joko Dolog tidak ada kaitannya dengan arca utama karena memang hanya tambahan saja, sebagai pelengkap koleksi disini," imbuhnya.
Tempat wisata sejarah ini banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin melihat lebih dekat Arca Joko Dolog ini.

"Adik-adik sekolah dan mahasiswa banyak juga yang datang ke sini. Mereka biasanya rombongan dan datang pagi hari," ujarnya.

Nah, teman Basra dapat menjadikan arca Joko Dolog ini sebagai destinasi tempat wisata sejarah mengisi libur sekolah. Pastinya seru bisa belajar sejarah kerajaan nusantara di sini.


Sumber :
https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/mengenal-arca-joko-dolog-jejak-kerajaan-singosari-di-surabaya-1rNru7vcyBy

Related Posts